Olahraga: Senjata Ampuh untuk Mencegah dan Mengobati Kanker yang Berkaitan dengan Obesitas

Olahraga dapat mencegah dan mengobati kanker yang berkaitan dengan obesitas dengan mempengaruhi hormon, peradangan, miokin, dan imunitas.

Gambar [The Indian Express]

Obesitas adalah kondisi di mana seseorang memiliki berat badan yang berlebihan atau indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi. Obesitas dapat meningkatkan risiko terkena berbagai jenis kanker, seperti kanker payudara, usus besar, dan endometrium. Namun, bukti ilmiah menunjukkan bahwa olahraga atau aktivitas fisik dapat mengurangi risiko kanker yang berkaitan dengan obesitas dan meningkatkan kualitas hidup dan kelangsungan hidup pasien kanker. Artikel ini akan membahas peran olahraga dalam mencegah dan mengobati kanker yang berkaitan dengan obesitas, serta mekanisme biologis yang mendasarinya.

Olahraga untuk Mencegah Kanker yang Berkaitan dengan Obesitas

Olahraga adalah salah satu cara untuk menjaga berat badan ideal dan menghindari obesitas. Olahraga dapat membakar kalori, meningkatkan metabolisme, dan mengatur hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan sel kanker. Beberapa penelitian epidemiologis telah menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara, usus besar, dan endometrium, yang merupakan tiga jenis kanker yang paling sering dikaitkan dengan obesitas.

Menurut sebuah meta-analisis yang melibatkan lebih dari 1,4 juta orang dewasa di Amerika Serikat dan Eropa, olahraga teratur dapat menurunkan risiko kanker payudara sebesar 12%, kanker usus besar sebesar 16%, dan kanker endometrium sebesar 21% . Efek perlindungan olahraga ini tampaknya lebih kuat pada wanita daripada pria, dan pada orang-orang dengan BMI normal atau rendah daripada yang memiliki BMI tinggi .

Selain itu, olahraga juga dapat mencegah beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan kanker, seperti resistensi insulin, peradangan kronis, stres oksidatif, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Olahraga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah, yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker yang membutuhkan glukosa sebagai sumber energi . Olahraga juga dapat mengurangi kadar hormon seks seperti estrogen dan androgen, yang dapat merangsang proliferasi sel kanker payudara dan prostat . Selain itu, olahraga dapat meningkatkan sekresi sitokin anti-inflamasi dan miokin (hormon otot) yang dapat menghambat peradangan dan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) pada tumor .

Olahraga untuk Mengobati Kanker yang Berkaitan dengan Obesitas

Olahraga tidak hanya bermanfaat untuk mencegah kanker, tetapi juga untuk mengobati kanker. Olahraga dapat membantu pasien kanker untuk mengatasi efek samping dari pengobatan seperti operasi, kemoterapi, radioterapi, atau imunoterapi. Olahraga dapat meningkatkan fungsi fisik, mental, dan sosial pasien kanker, serta menurunkan risiko komplikasi seperti infeksi, trombosis vena dalam (TVD), limfedema (pembengkakan akibat penumpukan cairan limfatik), atau neuropati perifer (kerusakan saraf tepi) .

Selain itu, olahraga juga dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker dengan menurunkan risiko kekambuhan atau metastasis (penyebaran sel kanker ke organ lain). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga setelah diagnosis kanker dapat menurunkan risiko kematian akibat kanker payudara sebesar 40%, kanker usus besar sebesar 31%, dan kanker prostat sebesar 30% . Olahraga dapat mempengaruhi beberapa mekanisme molekuler yang terlibat dalam perkembangan dan penyebaran kanker, seperti regulasi siklus sel, apoptosis (kematian sel terprogram), invasi, migrasi, dan adhesi sel kanker .

Mekanisme Biologis Olahraga dalam Mencegah dan Mengobati Kanker yang Berkaitan dengan Obesitas

Meskipun bukti ilmiah menunjukkan bahwa olahraga memiliki efek onko-protektif (melindungi dari kanker) dan onko-terapeutik (mengobati kanker), mekanisme biologis yang mendasarinya masih belum sepenuhnya dipahami. Beberapa hipotesis telah diajukan untuk menjelaskan bagaimana olahraga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, antara lain:

  1. Hipotesis insulin. Olahraga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah, yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker yang membutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Selain itu, olahraga juga dapat menurunkan kadar faktor pertumbuhan mirip insulin-1 (IGF-1), yang merupakan mediator utama efek anabolik insulin dan dapat merangsang proliferasi sel kanker .
  2. Hipotesis hormon seks. Olahraga dapat mengurangi kadar hormon seks seperti estrogen dan androgen, yang dapat merangsang proliferasi sel kanker payudara dan prostat. Olahraga dapat mempengaruhi metabolisme hormon seks melalui beberapa mekanisme, seperti menurunkan produksi hormon seks di ovarium atau testis, meningkatkan pengikatan hormon seks oleh protein plasma seperti globulin pengikat hormon seks (SHBG), atau meningkatkan aktivitas enzim yang mengubah hormon seks menjadi bentuk yang kurang aktif .
  3. Hipotesis peradangan. Olahraga dapat mengurangi peradangan kronis yang dapat merusak DNA dan menyebabkan mutasi genetik yang berkontribusi pada karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Olahraga dapat mengurangi peradangan dengan menurunkan kadar sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), atau interleukin-1 beta (IL-1β), yang dapat merangsang pertumbuhan dan invasi sel kanker . Olahraga juga dapat meningkatkan sekresi sitokin anti-inflamasi seperti interleukin-10 (IL-10) atau interleukin-4 (IL-4), yang dapat menghambat peradangan dan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) pada tumor .
  4. Hipotesis miokin. Olahraga dapat meningkatkan sekresi miokin (hormon otot) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Miokin adalah protein kecil yang disekresikan oleh otot rangka saat berkontraksi dan memiliki efek parakrin (pada jaringan sekitar) atau endokrin (pada jaringan jauh). Beberapa miokin yang telah dikaitkan dengan kanker adalah irisin, interleukin-15 (IL-15), secreted protein acidic and rich in cysteine (SPARC), brain-derived neurotrophic factor (BDNF), dan follistatin-like 1 (FSTL1). Miokin ini dapat mempengaruhi berbagai proses biologis yang terlibat dalam karsinogenesis, seperti diferensiasi sel, apoptosis, angiogenesis, invasi, migrasi, adhesi, inflamasi, imunitas, metabolisme glukosa, dan homeostasis energi .
  5. Hipotesis imunitas. Olahraga dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh yang dapat melawan sel kanker. Olahraga dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas sel-sel imun seperti sel pembunuh alami (NKC), sel T pembantu (Th), sel T sitotoksik (CTL), dan sel T regulator (Treg), yang dapat mengenali dan menghancurkan sel kanker . Olahraga juga dapat meningkatkan ekspresi molekul-molekul yang terlibat dalam presentasi antigen, seperti molekul histokompatibilitas utama kelas I (MHC-I) atau molekul ko-stimulasi CD80/CD86, yang dapat meningkatkan respons imun terhadap sel kanker .

Kesimpulan

Olahraga adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah dan mengobati kanker yang berkaitan dengan obesitas. Olahraga dapat membantu menjaga berat badan ideal, mengatur hormon, mengurangi peradangan, meningkatkan miokin, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Olahraga juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kelangsungan hidup pasien kanker dengan mengatasi efek samping dari pengobatan dan menurunkan risiko kekambuhan atau metastasis. Oleh karena itu, olahraga sebaiknya menjadi bagian dari gaya hidup sehat dan strategi pengobatan kanker.

Daftar Pustaka

  1. Moore SC, Lee IM, Weiderpass E, et al. Association of leisure-time physical activity with risk of 26 types of cancer in 1.44 million adults. JAMA Intern Med. 2016;176(6):816-825. doi:10.1001/jamainternmed.2016.1548
  2. Larson EA, Dalamaga M, Magkos F. The role of exercise in obesity-related cancers: current evidence and biological mechanisms. Semin Cancer Biol. 2023;91:16-26. doi:10.1016/j.semcancer.2023.02.008
  3. Ballard-Barbash R, Friedenreich CM, Courneya KS, Siddiqi SM, McTiernan A, Alfano CM. Physical activity, biomarkers, and disease outcomes in cancer survivors: a systematic review. J Natl Cancer Inst. 2012;104(11):815-840. doi:10.1093/jnci/djs207
  4. Ibrahim EM, Al-Homaidh A. Physical activity and survival after breast cancer diagnosis: meta-analysis of published studies. Med Oncol. 2011;28(3):753-765. doi:10.1007/s12032-010-9536-x
  5. Meyerhardt JA, Giovannucci EL, Holmes MD, et al. Physical activity and survival after colorectal cancer diagnosis. J Clin Oncol. 2006;24(22):3527-3534. doi:10.1200/JCO.2006.06.0855
  6. Kenfield SA, Stampfer MJ, Giovannucci E, Chan JM. Physical activity and survival after prostate cancer diagnosis in the health professionals follow-up study. J Clin Oncol.

Seorang blogger yang gemar membaca dan menulis tentang apa saja untuk siapa saja ;-)