Jangan Biarkan Stres dan Agresi Berkendara Mengganggu Mudik Lebaran Anda, Ikuti Tips Ini !
![]() |
Gambar [https://www.gaikindo.or.id] |
Apa Itu Stres dan Agresi Berkendara?
Stres
berkendara adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan
tegang, cemas, marah, atau takut saat mengemudi. Agresi berkendara
adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau mengganggu pengemudi
lain, seperti klakson, teriak-teriak, menyalip secara berbahaya, atau
menabrak kendaraan lain.
Stres dan agresi berkendara dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri pengemudi maupun dari
lingkungan sekitar. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan stres dan
agresi berkendara saat mudik lebaran adalah:
- Kondisi lalu lintas yang padat dan tidak lancar. Kemacetan lalu lintas dapat membuat pengemudi merasa terjebak, tidak berdaya, dan tidak dapat mencapai tujuan dengan tepat waktu. Hal ini dapat menimbulkan perasaan frustrasi, marah, dan benci pada pengemudi lain yang dianggap menghalangi atau mengganggu (Hennessy & Wiesenthal, 1999).
- Kepribadian pengemudi. Pengemudi yang memiliki sifat agresif, impulsif, kompetitif, atau tidak sabaran cenderung lebih mudah merasa stres dan melakukan agresi saat mengemudi. Pengemudi yang memiliki sifat seperti ini biasanya ingin selalu mendominasi jalan dan tidak mau mengalah pada pengemudi lain (James & Nahl, 2001).
- Faktor situasional. Faktor situasional adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi tertentu saat mengemudi, seperti cuaca, waktu, tujuan, atau keadaan darurat. Faktor situasional dapat mempengaruhi tingkat stres dan agresi pengemudi secara positif atau negatif. Misalnya, cuaca yang buruk dapat meningkatkan stres dan agresi pengemudi karena mengurangi visibilitas dan kenyamanan berkendara. Sebaliknya, waktu yang longgar atau tujuan yang menyenangkan dapat menurunkan stres dan agresi pengemudi karena memberikan rasa santai dan bahagia (Gulian et al., 2007).
- Faktor psikologis. Faktor psikologis adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi mental atau emosional pengemudi saat mengemudi, seperti mood, motivasi, harapan, atau kepercayaan diri. Faktor psikologis dapat mempengaruhi tingkat stres dan agresi pengemudi secara positif atau negatif. Misalnya, mood yang buruk dapat meningkatkan stres dan agresi pengemudi karena membuat pengemudi lebih sensitif dan mudah tersinggung. Sebaliknya, motivasi yang tinggi atau harapan yang realistis dapat menurunkan stres dan agresi pengemudi karena membuat pengemudi lebih fokus dan optimis (Matthews et al., 2002).
Bagaimana Cara Mengatasi Stres dan Agresi Berkendara saat Mudik Lebaran?
Stres dan agresi berkendara saat mudik lebaran dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain:
- Meningkatkan kesadaran diri pengemudi. Pengemudi perlu menyadari faktor-faktor apa saja yang dapat memicu stres dan agresi mereka saat mengemudi, serta dampak negatif yang ditimbulkannya bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Pengemudi juga perlu mengenali tanda-tanda stres dan agresi mereka saat mengemudi, seperti detak jantung yang cepat, napas yang pendek, otot yang tegang, atau perasaan marah yang intens. Dengan meningkatkan kesadaran diri, pengemudi dapat lebih mudah mengontrol emosi dan perilaku mereka saat mengemudi (Matthews et al., 2002).
- Menggunakan teknik relaksasi pengemudi. Pengemudi dapat menggunakan teknik relaksasi untuk menenangkan diri saat menghadapi situasi yang menimbulkan stres atau agresi saat mengemudi. Teknik relaksasi dapat berupa napas dalam-dalam, meditasi, musik santai, aroma terapi, atau humor. Teknik relaksasi dapat membantu menurunkan tekanan darah, denyut jantung, hormon stres, dan perasaan negatif pengemudi. Teknik relaksasi juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental pengemudi (Gulian et al., 2007).
- Mengubah persepsi dan sikap pengemudi. Pengemudi dapat mengubah persepsi dan sikap mereka terhadap situasi yang menimbulkan stres atau agresi saat mengemudi. Pengemudi dapat mencoba untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda, lebih positif, lebih realistis, atau lebih empatik. Pengemudi juga dapat mengubah sikap mereka menjadi lebih toleran, sabar, kooperatif, atau bersahabat dengan pengemudi lain. Dengan mengubah persepsi dan sikap, pengemudi dapat mengurangi konflik dan meningkatkan komunikasi dengan pengemudi lain (James & Nahl, 2001).
- Mengambil tindakan preventif dan korektif pengemudi. Pengemudi dapat mengambil tindakan preventif dan korektif untuk menghindari atau mengatasi situasi yang menimbulkan stres atau agresi saat mengemudi. Tindakan preventif dapat berupa merencanakan perjalanan dengan baik, memilih waktu dan rute yang tidak macet, memeriksa kondisi kendaraan sebelum berangkat, atau membawa peralatan darurat. Tindakan korektif dapat berupa menghentikan kendaraan di tempat yang aman jika merasa stres atau agresi, meminta maaf jika melakukan kesalahan atau pelanggaran lalu lintas, atau melaporkan pengemudi yang berperilaku agresif kepada pihak berwenang. Dengan mengambil tindakan preventif dan korektif, pengemudi dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas (Rao & Rao, 2012).
Kesimpulan
Mudik lebaran adalah momen yang menyenangkan
bagi banyak orang di Indonesia, tetapi juga dapat menjadi sumber stres
dan agresi bagi pengemudi yang harus menghadapi kemacetan lalu lintas.
Stres dan agresi berkendara dapat berdampak buruk bagi kesehatan,
kualitas hidup, dan keselamatan pengemudi dan orang lain. Untuk
mengatasi stres dan agresi berkendara saat mudik lebaran, pengemudi
perlu meningkatkan kesadaran diri, menggunakan teknik relaksasi,
mengubah persepsi dan sikap, serta mengambil tindakan preventif dan
korektif. Dengan demikian, pengemudi dapat menikmati mudik lebaran
dengan aman dan nyaman.
Daftar Pustaka
- Fakhri, N., Iqramullah, M., & Asmulyani Asri. (2021). Stres berkendara akibat kemacetan lalu lintas dan perilaku agresif berkendara. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 7(1), 1-8.
- Gicquel, L., Ordonneau, P., Blot, E., & Romo, L. (2017). Description of various factors contributing to traffic accidents in youth and measures proposed to alleviate recurrence. Frontiers in psychiatry, 8, 110.
- Gulian, E., Matthews, G., Glendon, A. I., Davies, D. R., & Debney, L. M. (2007). Dimensions of driver stress. Ergonomics: An International Journal of Research and Practice in Human Factors and Ergonomics: Vol 30, No 6.
- Hennessy, D. A., & Wiesenthal, D. L. (1999). Traffic congestion, driver stress, and driver aggression. Aggressive behavior, 25(6), 409-423.
- James, L., & Nahl, D. (2001). Road rage and aggressive driving: Steering clear of highway warfare. Prometheus Books.
- Matthews, G., Dorn, L., Hoyes, T. W., Davies, D. R., Glendon, A. I., & Taylor, R. G. (2002). Towards a transactional ergonomics for driver stress and fatigue. Theoretical Issues in Ergonomics Science, 3(2), 195-211.
- Rao, K. R., & Rao, K. R. (2012). Measuring urban traffic congestion–a review. International Journal for Traffic and Transport Engineering, 2(4), 286-305.
Gabung dalam percakapan