Lebaran dan Post Holiday Syndrome: Apa Itu dan Bagaimana Mengatasinya?
Lebaran adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh berpuasa, mereka merayakan kemenangan dengan berbagai kegiatan seperti salat Id, silaturahmi, makan-makan, dan berlibur. Namun, setelah masa liburan berakhir, tidak sedikit orang yang merasa stres dan tidak bersemangat untuk kembali bekerja. Apa penyebabnya?
Apa Itu Post Holiday Syndrome?
Post holiday syndrome adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan negatif setelah selesai berlibur. Gejala-gejala yang muncul antara lain:
- Insomnia atau kesulitan tidur
- Mudah lelah dan lesu
- Kesulitan berkonsentrasi dan fokus
- Kecemasan dan khawatir berlebihan
- Perasaan sedih dan murung
Post holiday syndrome biasanya terjadi karena adanya perbedaan suasana hati antara saat liburan dan saat kembali ke rutinitas. Saat liburan, kita merasa senang, santai, dan bebas dari tekanan. Saat kembali bekerja, kita harus menghadapi tuntutan, tanggung jawab, dan deadline. Perubahan ini bisa menimbulkan stres dan ketidakseimbangan emosi.
Penyebab Post Holiday Syndrome
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan post holiday syndrome adalah:
- Financial stress: biaya liburan yang membengkak bisa membuat kita khawatir dengan kondisi keuangan kita setelah liburan. Apalagi jika kita harus membayar hutang atau cicilan yang menumpuk.
- Perasaan kehilangan: saat liburan, kita bisa berkumpul dengan keluarga, teman, atau pasangan yang jarang bertemu. Saat liburan selesai, kita harus berpisah dengan mereka dan merasa kesepian.
- Seasonal affective disorder (SAD): gangguan mood yang dipengaruhi oleh perubahan musim atau cuaca. Misalnya, saat musim hujan kita merasa murung dan malas, sedangkan saat musim panas kita merasa ceria dan bersemangat.
- Kesehatan mental: jika kita memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi atau gangguan kecemasan, maka post holiday syndrome bisa memperburuk kondisi kita. Kita bisa merasa lebih sedih, cemas, atau putus asa setelah liburan.
Cara Mengatasi Post Holiday Syndrome
Post holiday syndrome bukanlah suatu penyakit yang serius, tetapi jika dibiarkan terus-menerus bisa mengganggu kinerja dan kesejahteraan kita. Oleh karena itu, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya, antara lain:
- Menyusun rencana: membuat jadwal atau to-do list untuk hari pertama kerja bisa membantu kita mengatur prioritas dan menghindari kebingungan. Selain itu, membuat rencana untuk liburan berikutnya juga bisa memberi kita motivasi dan harapan.
- Menyesuaikan diri: mengubah pola tidur dan makan sesuai dengan jam kerja bisa membantu tubuh kita beradaptasi dengan rutinitas baru. Hindari tidur siang atau begadang agar tidak mengganggu siklus tidur malam.
- Berolahraga: melakukan aktivitas fisik secara teratur bisa meningkatkan hormon endorfin yang membuat kita merasa bahagia dan rileks. Olahraga juga bisa membantu kita menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.
- Bersosialisasi: berkomunikasi dengan rekan kerja atau atasan bisa membantu kita merasa lebih terhubung dan dihargai. Selain itu, bersosialisasi juga bisa membantu kita berbagi pengalaman liburan atau masalah kerja yang dihadapi.
- Mencari hobi: melakukan kegiatan yang kita sukai di luar jam kerja bisa membantu kita melepaskan stres dan menyalurkan kreativitas. Hobi juga bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kepuasan diri.
- Meminta bantuan: jika kita merasa post holiday syndrome sudah mengganggu fungsi kita sehari-hari, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka bisa membantu kita mengatasi masalah yang mendasari post holiday syndrome dan memberi kita strategi untuk mengelolanya.
Kesimpulan
Post holiday syndrome adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan negatif setelah selesai berlibur. Gejala-gejala yang muncul antara lain insomnia, lelah, sulit berkonsentrasi, cemas, dan sedih. Penyebab post holiday syndrome antara lain financial stress, perasaan kehilangan, seasonal affective disorder, dan kesehatan mental. Cara mengatasi post holiday syndrome antara lain menyusun rencana, menyesuaikan diri, berolahraga, bersosialisasi, mencari hobi, dan meminta bantuan.
Gabung dalam percakapan