Nyeri Fisik: Masalah Kesehatan Global dan Peran Fisioterapi
Nyeri fisik adalah sensasi tidak nyaman di tubuh yang berasal dari aktivasi sistem saraf. Nyeri fisik bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, inflamasi, iskemia, neoplasma, bahan kimia iritan, atau penyakit tertentu. Nyeri fisik bisa mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas individu. Sebuah paper yang ditulis oleh LucÃa Macchia dari City, University of London, School of Health & Psychological Sciences dan dipublikasikan di jurnal Economics & Human Biology pada bulan November 2021 menguji tren dan disparitas pertumbuhan nyeri di seluruh dunia antara tahun 2009 dan 2021. Paper ini penting karena memberikan bukti empiris tentang masalah kesehatan masyarakat yang besar namun kurang diteliti. Bagi fisioterapis dan pelayanan fisioterapi, paper ini memiliki makna penting karena paper ini menunjukkan bahwa nyeri fisik adalah masalah kesehatan yang serius dan semakin meningkat di seluruh dunia. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi memiliki peran penting dalam mencegah, mengurangi, dan mengatasi nyeri fisik dengan cara memberikan intervensi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi juga bisa memberikan edukasi dan konseling tentang manajemen nyeri, gaya hidup sehat, dan pencegahan cedera. Bagi akademisi khususnya di kampus fisioterapi di Indonesia, paper ini memiliki makna penting karena paper ini memberikan gambaran tentang prevalensi, tren, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri fisik di seluruh dunia. Paper ini juga memberikan bukti ilmiah tentang dampak negatif nyeri fisik pada kesehatan dan kesejahteraan individu dan masyarakat. Paper ini bisa menjadi acuan dan inspirasi bagi akademisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi dalam mengatasinya. Akademisi bisa mengembangkan hipotesis, metodologi, dan instrumen penelitian yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan Indonesia. Akademisi juga bisa berkolaborasi dengan pihak-pihak lain, seperti pemerintah, swasta, masyarakat sipil, atau media, untuk menyebarluaskan hasil penelitian mereka dan meningkatkan kesadaran dan advokasi tentang pentingnya fisioterapi dalam menangani nyeri fisik. Dengan demikian, akademisi bisa membuktikan kontribusi fisioterapi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Apa itu nyeri fisik dan apa penyebabnya?
Nyeri fisik adalah sensasi tidak nyaman di tubuh yang berasal dari aktivasi sistem saraf. Nyeri fisik bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, inflamasi, iskemia, neoplasma, bahan kimia iritan, atau penyakit tertentu. Nyeri fisik bisa terasa di satu atau lebih persendian, tulang rawan, tulang, ligamen, tendon, atau otot.
Nyeri fisik bisa bersifat akut atau kronis. Nyeri akut biasanya timbul secara tiba-tiba sebagai respons terhadap suatu cedera atau rangsangan yang merusak jaringan tubuh. Nyeri akut biasanya berlangsung sebentar dan hilang setelah penyebabnya teratasi. Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan atau melebihi waktu penyembuhan normal suatu cedera atau penyakit. Nyeri kronis bisa disebabkan oleh penyakit kronis seperti artritis atau diabetes, atau oleh faktor-faktor psikososial seperti stres atau depresi.
Bagaimana tren dan disparitas pertumbuhan nyeri di seluruh dunia?
Sebuah paper yang ditulis oleh LucÃa Macchia dari City, University of London, School of Health & Psychological Sciences dan dipublikasikan di jurnal Economics & Human Biology pada bulan November 2021 menguji tren dan disparitas pertumbuhan nyeri di seluruh dunia antara tahun 2009 dan 2021. Paper ini menggunakan data representatif nasional dari 146 negara yang berasal dari Gallup World Poll, sebuah survei telepon tahunan yang menanyakan tentang berbagai aspek kehidupan dan kesehatan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase orang yang mengalami nyeri fisik meningkat dari 26,3 pada tahun 2009 menjadi 32,1 pada tahun 2021 di seluruh dunia. Tren kenaikan ini terjadi baik di negara-negara berpendapatan tinggi maupun rendah. Paper ini juga mendokumentasikan disparitas pertumbuhan nyeri: Di populasi dunia, nyeri tumbuh lebih cepat di antara perempuan, orang yang berpendidikan rendah, dan orang miskin. Meskipun tingkat nyeri secara agregat lebih tinggi di antara orang tua (> 60 tahun), pertumbuhan nyeri lebih cepat di antara orang muda (< 35 tahun).
Paper ini juga membahas faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap tren dan disparitas pertumbuhan nyeri, seperti usia median, pengeluaran kesehatan, pengeluaran pemerintah umum, dan stres. Hasilnya menunjukkan bahwa nyeri tumbuh lebih cepat di negara-negara dengan usia median lebih rendah (vs lebih tinggi), pengeluaran kesehatan lebih rendah (vs lebih tinggi), pengeluaran pemerintah umum lebih rendah (vs lebih tinggi), dan stres lebih tinggi (vs lebih rendah).
Paper ini penting karena memberikan bukti empiris tentang masalah kesehatan masyarakat yang besar namun kurang diteliti. Nyeri fisik memiliki dampak negatif yang luas pada kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas individu, serta pada ekonomi dan sistem kesehatan. Memahami bagaimana tingkat nyeri bervariasi seiring waktu dan lintas kelompok demografis sangat penting untuk mengevaluasi dan membentuk kebijakan kesehatan masyarakat.
Mengapa paper ini penting bagi kesehatan masyarakat?
Paper ini penting bagi kesehatan masyarakat karena paper ini menyoroti masalah nyeri fisik yang sering diabaikan atau diremehkan. Nyeri fisik bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Nyeri fisik bisa menurunkan kualitas hidup, mengurangi produktivitas, meningkatkan penggunaan layanan kesehatan, dan memperburuk kemiskinan. Nyeri fisik juga bisa memperparah ketimpangan kesehatan antara kelompok-kelompok sosiodemografis yang berbeda.
Paper ini juga penting bagi kesehatan masyarakat karena paper ini memberikan informasi yang berguna untuk merancang dan mengimplementasikan intervensi yang efektif dan adil untuk mengurangi beban nyeri fisik. Paper ini bisa membantu para pembuat kebijakan, praktisi kesehatan, peneliti, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang paling rentan terhadap nyeri fisik, mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nyeri fisik, dan mengevaluasi dampak nyeri fisik pada berbagai aspek kehidupan. Paper ini juga bisa memberikan rekomendasi tentang cara-cara untuk meningkatkan akses, kualitas, dan kesetaraan pelayanan kesehatan untuk mengatasi nyeri fisik.
Bagaimana fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa membantu mengatasi nyeri fisik?
Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi adalah profesional dan layanan kesehatan yang berfokus pada pemulihan fungsi dan mobilitas tubuh yang terganggu akibat cedera, penyakit, atau kondisi lainnya. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa membantu mengatasi nyeri fisik dengan cara memberikan intervensi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Intervensi tersebut bisa meliputi terapi manual, latihan terapeutik, modalitas fisik, edukasi kesehatan, konseling psikososial, dan pemberian alat bantu gerak.
Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa membantu mengatasi nyeri fisik dengan cara:
- Mencegah nyeri fisik dengan cara mendeteksi dan mengatasi faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa memberikan saran tentang cara melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman dan ergonomis, serta melakukan latihan penguatan dan peregangan untuk menjaga fleksibilitas dan stabilitas tubuh.
- Mengurangi nyeri fisik dengan cara mengurangi inflamasi, meningkatkan sirkulasi darah, merelaksasi otot-otot tegang, memperbaiki postur tubuh, dan memperbaiki gerakan sendi. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa menggunakan teknik-teknik seperti pijat, manipulasi sendi, ultrasound, panas atau dingin, listrik, atau laser untuk mencapai tujuan tersebut.
- Mengatasi nyeri fisik dengan cara meningkatkan fungsi dan mobilitas tubuh yang terganggu akibat nyeri. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa merancang dan mengawasi program latihan yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan pasien. Latihan tersebut bisa meliputi latihan aerobik, latihan ketahanan otot, latihan koordinasi dan keseimbangan, latihan fungsional spesifik, atau latihan olahraga tertentu.
- Memberikan edukasi dan konseling tentang manajemen nyeri yang mandiri dan berkelanjutan. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa memberikan edukasi dan konseling tentang manajemen nyeri yang mandiri dan berkelanjutan. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa mengajarkan pasien tentang cara mengenali dan mengukur tingkat nyeri mereka, cara mengontrol nyeri dengan teknik-teknik relaksasi, meditasi, atau distraksi, cara menghindari atau mengatasi faktor-faktor pencetus nyeri, dan cara mengatasi dampak psikologis dan sosial nyeri. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi juga bisa memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien untuk tetap berkomitmen dengan program rehabilitasi mereka.
Apa peluang dan tantangan yang dihadapi oleh fisioterapis dan pelayanan fisioterapi?
Peluang yang bisa dimanfaatkan oleh fisioterapis dan pelayanan fisioterapi dari paper ini adalah adanya permintaan yang tinggi akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau untuk mengatasi nyeri fisik. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi bisa menawarkan layanan yang berbasis bukti ilmiah, holistik, dan berorientasi pada hasil. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi juga bisa berkolaborasi dengan sektor kesehatan lainnya, seperti dokter, perawat, psikolog, dan apoteker, untuk memberikan layanan yang komprehensif dan terintegrasi. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi juga bisa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan akses, efisiensi, dan efektivitas pelayanan.
Tantangan yang dihadapi oleh fisioterapis dan pelayanan fisioterapi dari paper ini adalah adanya disparitas pertumbuhan nyeri antara kelompok-kelompok sosiodemografis yang berbeda. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi perlu memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri fisik, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, status kesehatan, stres, dan lingkungan. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi perlu menyesuaikan pendekatan dan strategi mereka sesuai dengan karakteristik dan preferensi pasien. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi juga perlu mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin menghalangi pasien untuk memanfaatkan pelayanan mereka, seperti biaya, jarak, waktu, stigma, atau ketidakpercayaan. Fisioterapis dan pelayanan fisioterapi juga perlu terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas mereka untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Bagaimana akademisi bisa berkontribusi dalam penelitian dan advokasi tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi?
Bagi akademisi khususnya di kampus fisioterapi di Indonesia, paper ini memiliki makna penting karena paper ini memberikan gambaran tentang prevalensi, tren, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri fisik di seluruh dunia. Paper ini juga memberikan bukti ilmiah tentang dampak negatif nyeri fisik pada kesehatan dan kesejahteraan individu dan masyarakat. Paper ini bisa menjadi acuan dan inspirasi bagi akademisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi dalam mengatasinya.
Akademisi bisa berkontribusi dalam penelitian tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi dengan cara:
- Mengembangkan hipotesis, metodologi, dan instrumen penelitian yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan Indonesia. Akademisi bisa menyesuaikan variabel-variabel penelitian yang digunakan oleh paper ini atau menambahkan variabel-variabel lain yang relevan dengan kondisi Indonesia. Akademisi juga bisa menggunakan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian mereka, seperti studi eksperimental, korelasional, komparatif, atau kualitatif. Akademisi juga bisa menggunakan sumber data yang valid dan reliabel, seperti survei, observasi, wawancara, atau rekam medis.
- Menghasilkan temuan penelitian yang bermutu dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik klinis. Akademisi bisa menganalisis data dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang tepat dan canggih, seperti regresi, analisis faktor, analisis klaster, atau analisis multilevel. Akademisi juga bisa menyajikan hasil penelitian dengan menggunakan tabel, grafik, atau infografis yang informatif dan menarik. Akademisi juga bisa menyimpulkan hasil penelitian dengan menggunakan bahasa yang jelas dan komunikatif, serta memberikan rekomendasi yang aplikatif dan inovatif.
- Menyebarluaskan hasil penelitian kepada publik dan pemangku kepentingan yang terkait. Akademisi bisa mempublikasikan hasil penelitian mereka di jurnal-jurnal ilmiah yang bereputasi baik dan terindeks internasional. Akademisi juga bisa menghadiri dan mempresentasikan hasil penelitian mereka di seminar, konferensi, atau simposium yang berkaitan dengan topik nyeri fisik dan peran fisioterapi. Akademisi juga bisa berkolaborasi dengan media massa atau media sosial untuk menyampaikan hasil penelitian mereka kepada masyarakat luas dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menarik perhatian.
Akademisi juga bisa berkontribusi dalam advokasi tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi dengan cara:
- Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi dalam mengatasinya. Akademisi bisa mengadakan sosialisasi, edukasi, atau kampanye tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi di berbagai tempat dan kesempatan, seperti sekolah, kampus, tempat kerja, pusat kesehatan masyarakat, atau tempat ibadah. Akademisi juga bisa menggunakan media massa atau media sosial untuk menyebarkan informasi dan pesan-pesan positif tentang nyeri fisik dan peran fisioterapi.
- Mendorong partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pencegahan dan pengobatan nyeri fisik. Akademisi bisa mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dan bervariasi untuk menjaga kesehatan tubuh dan mengurangi risiko nyeri fisik. Akademisi juga bisa mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan fisioterapi yang tersedia di sekitar mereka untuk mendapatkan intervensi yang efektif dan tepat waktu untuk mengatasi nyeri fisik. Akademisi juga bisa mengajak masyarakat untuk memberikan masukan atau testimoni tentang pengalaman mereka dengan nyeri fisik dan peran fisioterapi.
- Mengadvokasi kepentingan dan hak-hak pasien dengan nyeri fisik kepada pemerintah dan swasta. Akademisi bisa berperan sebagai mitra atau konsultan bagi pemerintah atau swasta dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan nyeri fisik dan peran fisioterapi. Akademisi juga bisa berperan sebagai pengawas atau evaluator bagi pemerintah atau swasta dalam menilai kinerja dan dampak kebijakan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan nyeri fisik dan peran fisioterapi. Akademisi juga bisa berperan sebagai advokat atau pembela bagi pasien dengan nyeri fisik dalam menuntut akses, kualitas, dan kesetaraan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Rekomendasi bacaan:
- - Macchia, L. (2021). Pain growth disparities: A global analysis of physical pain trends and their socio-demographic correlates. Economics & Human Biology, 43, 101057. https://doi.org/10.1016/j.ehb.2021.101057
- - World Health Organization. (2019). Physical activity and adults: Recommended levels of physical activity for adults aged 18 - 64 years. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity
- - World Health Organization. (2020). Chronic pain in adults. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chronic-pain-in-adults
- - World Health Organization. (2021). Rehabilitation: Key for health in the 21st century. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rehabilitation
- - World Confederation for Physical Therapy. (2017). The role of physical therapists in the management of chronic pain. https://www.wcpt.org/sites/wcpt.org/files/files/wcpt-policy-ps-chronic-pain.pdf
Gabung dalam percakapan