Peran Fisioterapi dalam Perubahan Iklim: Tantangan dan Peluang

Artikel ini membahas peran fisioterapi dalam penanggulangan bencana akibat perubahan iklim dan tantangan serta peluang yang dihadapi oleh fisioterapis
A semi pop art of a flood storm with bright colors and contrast

Perubahan iklim adalah salah satu isu global yang paling mendesak saat ini. Menurut laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2021, aktivitas manusia telah menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global sebesar 1,1°C sejak era pra-industri, dan akan terus meningkat jika tidak ada tindakan mitigasi yang serius. Perubahan iklim berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan manusia.

Salah satu dampak perubahan iklim pada kesehatan adalah meningkatnya risiko bencana alam, seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami. Bencana alam dapat menyebabkan cedera fisik, penyakit menular, gangguan mental, kematian, dan kerugian ekonomi. Menurut data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), sepanjang tahun 2021 terjadi 3.093 kejadian bencana di Indonesia.

Dalam kondisi bencana, peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis yang cepat dan tepat kepada korban. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting dalam penanggulangan bencana adalah fisioterapis. Fisioterapis adalah profesional kesehatan yang memiliki kompetensi dalam bidang rehabilitasi fisik dan fungsional. Fisioterapis dapat membantu korban bencana yang mengalami cedera muskuloskeletal, neurologis, kardiopulmoner, atau lainnya untuk memulihkan fungsi tubuh mereka.

Namun, sayangnya, peran fisioterapis dalam kebencanaan di Indonesia masih belum dikenal luas oleh masyarakat maupun pihak terkait. Padahal, menurut beberapa studi dan dokumen internasional , fisioterapis dapat berperan dalam empat fase penanggulangan bencana, yaitu:

  • Fase pencegahan dan mitigasi: fisioterapis dapat berkontribusi dalam mengurangi risiko cedera dan penyakit akibat bencana dengan melakukan edukasi kesehatan, promosi kesehatan, dan advokasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan.
  • Fase kesiapsiagaan: fisioterapis dapat mempersiapkan diri dan sumber daya untuk menghadapi bencana dengan melakukan pelatihan, simulasi, penilaian kebutuhan, dan koordinasi dengan tim kesehatan lainnya.
  • Fase tanggap darurat: fisioterapis dapat memberikan pelayanan rehabilitasi yang berkualitas kepada korban bencana dengan melakukan triase, asesmen, intervensi, rujukan, dokumentasi, dan evaluasi.
  • Fase pemulihan: fisioterapis dapat mendukung proses pemulihan jangka panjang korban bencana dengan melakukan tindak lanjut, pendampingan, pemberdayaan, dan reintegrasi sosial.

Dengan demikian, peran fisioterapis dalam penanggulangan bencana sangat strategis dan penting untuk meningkatkan kualitas hidup korban bencana. Namun, peran ini juga menuntut fisioterapis untuk memiliki kompetensi dan keterampilan khusus yang sesuai dengan standar internasional. Beberapa kompetensi dan keterampilan yang diperlukan oleh fisioterapis dalam kebencanaan antara lain: 

  1. Pengetahuan tentang konsep dasar kebencanaan, termasuk jenis-jenis bencana, dampaknya pada kesehatan manusia, siklus penanggulangan bencana, dan kerangka kerja internasional untuk penanggulangan bencana. 
  2. Keterampilan dalam melakukan asesmen fisioterapi yang komprehensif dan holistik kepada korban bencana, termasuk menilai kondisi fisik, fungsional, psikososial, dan lingkungan.
  3. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi fisioterapi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan korban bencana, termasuk menggunakan modalitas fisioterapi, terapi manual, latihan terapeutik, alat bantu gerak, edukasi kesehatan, dan pemberdayaan.
  4. Keterampilan dalam melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil intervensi fisioterapi, termasuk melakukan re-asesmen, revisi rencana intervensi, rujukan ke pelayanan kesehatan lainnya, dan dokumentasi.
  5. Keterampilan dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan tim kesehatan multidisiplin, korban bencana, keluarga, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam konteks kebencanaan.
  6. Keterampilan dalam mengelola sumber daya yang terbatas dan menghadapi situasi yang tidak pasti dan berubah-ubah dalam kondisi bencana.
  7. Sikap profesional, etis, empatik, dan humanis dalam memberikan pelayanan fisioterapi kepada korban bencana.

Untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan tersebut, fisioterapis perlu mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berkelanjutan tentang kebencanaan. Selain itu, fisioterapis juga perlu meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab mereka terhadap isu perubahan iklim dan dampaknya pada kesehatan manusia. Fisioterapis dapat berperan aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim dengan melakukan edukasi kesehatan, promosi kesehatan, dan advokasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan.

Dengan demikian, perubahan iklim merupakan tantangan sekaligus peluang bagi fisioterapis untuk menunjukkan peran dan kontribusi mereka dalam penanggulangan bencana. Fisioterapis dapat menjadi agen perubahan yang positif bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Namun, hal ini membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam kebencanaan, termasuk pemerintah, organisasi profesi, lembaga pendidikan, media massa, masyarakat sipil, dan masyarakat umum. Mari kita bersama-sama melawan perubahan iklim dengan cara kita masing-masing.

Daftar Pustaka

  1. BBC Indonesia. (2021). Perubahan iklim: Cara kaum muda Indonesia melawan krisis iklim - ‘Kami tidak mau pasrah’. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah-58717170
  2. Jamil, N. M., Bahar, F., & Subiakto, Y. (2021). Peran fisioterapis pada penanggulangan bencana di Indonesia dalam mendukung keamanan nasional: The role of physical therapist in disaster management in Indonesia to support national security. Geoscience Indonesia, 1(1), 1-10. 
  3. World Physiotherapy. (2020). Apakah sudah waktunya untuk menantang zona nyaman fisioterapis dan melihat etika, ketimpangan, dan perubahan iklim? Diakses dari https://world.physio/id/news/it-time-challenge-physiotherapists-comfort-zones-look-ethics-inequity-and-climate-change
Seorang blogger yang gemar membaca dan menulis tentang apa saja untuk siapa saja ;-)