Cara Mengatasi Nyeri Lutut dengan Latihan Neuromuskular

Artikel ini membahas apakah latihan neuromuskular ampuh untuk nyeri lutut berdasarkan penelitian terbaru. Temukan fakta atau mitosnya di sini.

Nyeri lutut adalah masalah yang sering dialami oleh banyak orang, terutama yang suka berolahraga. Nyeri lutut bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup. Apa penyebab nyeri lutut? Bagaimana cara mengatasinya?

Nyeri lutut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, peradangan, atau degenerasi pada sendi lutut. Salah satu jenis nyeri lutut yang umum adalah nyeri patelofemoral, yaitu nyeri pada bagian depan lutut atau di sekitar tulang lutut. Nyeri ini biasanya muncul saat melakukan aktivitas yang memberi tekanan pada sendi lutut, seperti naik turun tangga, jongkok, atau berlari.

Penyebab nyeri patelofemoral belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berperan, seperti perubahan bentuk atau gerakan lutut, kelemahan otot kaki, atau faktor psikososial seperti stres atau kecemasan. Faktor-faktor ini bisa mempengaruhi cara kerja otak, saraf, dan otot dalam mengontrol gerakan dan stabilitas lutut.

Untuk mengatasi nyeri patelofemoral, salah satu cara yang direkomendasikan adalah dengan melakukan latihan neuromuskular. Latihan neuromuskular adalah latihan yang melatih koordinasi dan keseimbangan antara otak, saraf, dan otot untuk meningkatkan fungsi dan stabilitas lutut. Latihan ini bisa membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kinerja saat berolahraga.

Namun, apakah latihan neuromuskular benar-benar efektif untuk mengatasi nyeri patelofemoral? Apakah latihan ini juga berpengaruh pada faktor-faktor psikososial yang mungkin memperburuk nyeri patelofemoral? Untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak hasil penelitian terbaru dari Inggris yang membahas topik ini.

Penelitian ini dilakukan oleh Simon David Lack dkk. dari Queen Mary University London dan University of Essex. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Frontiers in Sports and Active Living pada tahun 2023 dengan judul "The effects of a two-week neuromuscular intervention on biopsychosocial variables in people with patellofemoral pain: an observational study".

Penelitian ini melibatkan 21 orang dengan nyeri patelofemoral yang berusia rata-rata 30 tahun. Mereka diminta untuk melakukan latihan neuromuskular selama dua minggu, yaitu tiga jenis latihan yang dilakukan sekali sehari, lima hari seminggu. Latihan pertama adalah jongkok dengan bola di antara paha, latihan kedua adalah lompat sambil memutar badan ke kiri dan kanan, dan latihan ketiga adalah berlari sambil mengangkat lutut tinggi-tinggi.

Sebelum dan sesudah latihan, para peserta diukur tingkat nyeri, fungsi, aktivitas, dan kesejahteraan psikologis mereka. Selain itu, mereka juga diukur kekuatan otot kaki mereka dengan alat yang disebut handheld dynamometry. Mereka juga diukur gerakan dan aktivasi otot kaki mereka saat naik turun tangga dan berlari dengan alat yang disebut 3D kinematik dan elektromiografi permukaan (sEMG).

Hasilnya? Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah latihan neuromuskular pada semua ukuran yang diambil. Artinya, latihan neuromuskular selama dua minggu tidak membantu mengurangi nyeri patelofemoral atau meningkatkan fungsi, aktivitas, kesejahteraan psikologis, kekuatan otot, gerakan, atau aktivasi otot pada orang dengan nyeri patelofemoral.

Peneliti menyimpulkan bahwa latihan neuromuskular selama dua minggu terlalu singkat atau terlalu ringan untuk memberikan efek positif pada orang dengan nyeri patelofemoral. Mereka menyarankan untuk melakukan latihan neuromuskular dengan durasi atau intensitas yang lebih tinggi untuk mengevaluasi mekanisme biopsikososial dari latihan ini pada orang dengan nyeri patelofemoral.

Jika Anda memiliki pertanyaan atau masukan, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Terima kasih telah membaca artikel ini.

Daftar Pustaka

  1. Lack, S. D., Bartholomew, C., North, T., Miller, S. C., & Neal, B. S. (2023). The effects of a two-week neuromuscular intervention on biopsychosocial variables in people with patellofemoral pain: an observational study. Frontiers in Sports and Active Living, 5, 1087061. https://doi.org/10.3389/fspor.2023.1087061
  2. Crossley, K. M., Stefanik, J. J., Selfe, J., Collins, N. J., Davis, I. S., Powers, C. M., ... & McConnell, J. (2016). 2016 Patellofemoral pain consensus statement from the 4th International Patellofemoral Pain Research Retreat, Manchester. Part 1: Terminology, definitions, clinical examination, natural history, patellofemoral osteoarthritis and patient-reported outcome measures. British journal of sports medicine, 50(14), 839-843. https://doi.org/10.1136/bjsports-2016-096384
  3. Witvrouw, E., Callaghan, M. J., Stefanik, J. J., Noehren, B., Bazett-Jones, D. M., Willson, J. D., ... & Davis, I. S. (2014). Patellofemoral pain: consensus statement from the 3rd International Patellofemoral Pain Research Retreat held in Vancouver, September 2013. British journal of sports medicine, 48(6), 411-414. https://doi.org/10.1136/bjsports-2014-093450

Seorang blogger yang gemar membaca dan menulis tentang apa saja untuk siapa saja ;-)