Betapa lagu-lagu dewasa sekarang syairnya sangat dewasa! Benar-benar tidak ramah anak. Sangat vulgar mengungkapkan cerita percintaan, perbuatan serong, pengkhianatan cinta dan rumah tangga orang dewasa yang tak pantas dikonsumsi oleh telinga dan nalar anak-anak kita.
Selingkuh itu apaan sih Ma?”, tanya seorang anak kepada Ibunya
Lalu bagaimana dengan lagu-lagu berlirik jorok yang menceritakan adegan percintaan dan hal-hal cabul? “Abang aku sudah hamil sayang. Abang ku sudah terlambat datang bulan…”
Dan bagaimana pula dengan nasib anak-anak kita nanti bila saat ini setiap hari dipaksa mendengarkan lagu “Mending tuku sate timbang tuku weduse… “ Saya sungguh khawatir, di alam bawah sadar kolektif mereka, step by step , yang namanya lembaga pernikahan semakin pudar dan menghilang nilai kesakralan dan religiusitasnya, karena “Mending gendak’an timbang dadi bojoe…”
Treshold ‘pantas’, ‘sopan’ dan ‘adab’ itu kini bergeser . Dulu lagu “mandi madu..” itu sudah dewasa sekali, sekarang “belah duren” dan “becekin aku bang” masih belum mampu menghidupkan alarm tabu. Masih merasa aman-aman saja.
Lagu zaman dulu masih sopan, sang penyanyi diposisikan sebagai korban hingga minta “…pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku…” , tapi sekarang penyanyinya lagu melantunkan lagu “..pingin SMS an , wedi karo bojomu…”
Sensor alarm sopan itu tak sensitif lagi, atau memang sudah putus kabel penghantar signalnya?
Sahabat, apakah Anda punya tips bagaimana melindungi anak-anak dari mendengar lagu dewasa?
*) Tulisan ini telah diterbitkan di ngopipagi.id (13 Juli 2019)
Leave a Comment